30 Des 2010

" DIAN "

Nyalanya bukan nyala sebatang rokok untuk menemani aktivitas atau untuk aktivitas itu sendiri

Terangnya seperti terang bintang, sebagai perintah dari sang widi untuk menerangi

Untuk menerangi sebatas kemampuannya

Untuk berbagi sejangkauannya

Nyalanya bukan suatu kemandirian, nyalanya membutuhkan gelap, membutuhkan oksigen untuk dapat nyala, membutuhkan jalin menjalin dengan semesta

Nyala merupakan pilihannya untuk berguna

Nyala merupakan pilihannya dengan konsekuensi meleleh, menghabiskan diri, membakar keegoisan diri dengan sadar, dengan mau tanpa paksaan, dengan kadang digerutui dan ditinggalkan,

Ketika nyala habis

Ketika nyala mati, dianggap hilang

Dia tetap telah menjadi harapan

Dia telah tetap dirindukan

Dia yang patuh pada tujuan

Dia yang tunduk pada semesta

Dia yang tidak malu pada nyalanya sendiri

Dia yang rela membakar diri

Dia yang hanya ada ketika menjalin dengan semesta.





Purwokerto,29 Desember 2010
*Foto oleh Dian Tutoo


created by Harumi Puspaharini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar