Nyalanya bukan nyala sebatang rokok untuk menemani aktivitas atau untuk aktivitas itu sendiri
Terangnya seperti terang bintang, sebagai perintah dari sang widi untuk menerangi
Untuk menerangi sebatas kemampuannya
Untuk berbagi sejangkauannya
Nyalanya bukan suatu kemandirian, nyalanya membutuhkan gelap, membutuhkan oksigen untuk dapat nyala, membutuhkan jalin menjalin dengan semesta
Nyala merupakan pilihannya untuk berguna
Nyala merupakan pilihannya dengan konsekuensi meleleh, menghabiskan diri, membakar keegoisan diri dengan sadar, dengan mau tanpa paksaan, dengan kadang digerutui dan ditinggalkan,
Ketika nyala habis
Ketika nyala mati, dianggap hilang
Dia tetap telah menjadi harapan
Dia telah tetap dirindukan
Dia yang patuh pada tujuan
Dia yang tunduk pada semesta
Dia yang tidak malu pada nyalanya sendiri
Dia yang rela membakar diri
Dia yang hanya ada ketika menjalin dengan semesta.
Purwokerto,29 Desember 2010
*Foto oleh Dian Tutoo
created by Harumi Puspaharini
30 Des 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar