30 Des 2010

" DIAN "

Nyalanya bukan nyala sebatang rokok untuk menemani aktivitas atau untuk aktivitas itu sendiri

Terangnya seperti terang bintang, sebagai perintah dari sang widi untuk menerangi

Untuk menerangi sebatas kemampuannya

Untuk berbagi sejangkauannya

Nyalanya bukan suatu kemandirian, nyalanya membutuhkan gelap, membutuhkan oksigen untuk dapat nyala, membutuhkan jalin menjalin dengan semesta

Nyala merupakan pilihannya untuk berguna

Nyala merupakan pilihannya dengan konsekuensi meleleh, menghabiskan diri, membakar keegoisan diri dengan sadar, dengan mau tanpa paksaan, dengan kadang digerutui dan ditinggalkan,

Ketika nyala habis

Ketika nyala mati, dianggap hilang

Dia tetap telah menjadi harapan

Dia telah tetap dirindukan

Dia yang patuh pada tujuan

Dia yang tunduk pada semesta

Dia yang tidak malu pada nyalanya sendiri

Dia yang rela membakar diri

Dia yang hanya ada ketika menjalin dengan semesta.





Purwokerto,29 Desember 2010
*Foto oleh Dian Tutoo


created by Harumi Puspaharini

12 Des 2010

Tanpa huruf,kata,juga paragraf

Kalau huruf bisa ku rangkai menjadi suatu kata
mungkin aku bisa mengatakannya
kalau kata bisa ku rangkai menjadi suatu paragraf
mungkin aku bisa membacakannya
kalau paragraf bisa ku rangkai menjadi suatu artikel
mungkin aku bisa menceritakannya...

.......



.......




......



Tak ada huruf yang bisa mewakilkan
tak ada kata yang bisa mengungkapkan
dan tak ada paragraf yang bisa ku ceritakan...

........

Segala kemungkinan bisa terjadi
ruang dan waktulah yang menjawab semuanya




.......




.......





.......







"Tuhan.. Terima Kasih"


Purwokerto
by Dian Tutoo on Sunday, December 12, 2010 at 5:16pm

11 Des 2010

HIJAU

Aku suka hijau.
*Dompetmu hitam

Aku suka hijau
*tidak aah,HPmu hitam

Aku suka hijau
*masa sih?bajumu ko hitam

Aku suka hijau
*tapi kok tas mu hitam?

Aku suka hijau
*itu buku catatanmu hitam

Aku suka hijau
*ko kamu beli jaket hitam sih?

Aku suka hijau
*knp pesen kopi?

Aku suka hijau
*aahh,aku lihat isi lemarimu warna warni

Aku suka hijau
*huuhh,km g konsisten dengan warna,sudahlah..

Hey,aku suka hijau bukan berarti aku harus memiliki segala sesuatu yg berwarna hijau,tp cukup menikmati dan merasakannya.Itu saja cukup. :)


Purwokerto
Saturday, December 11, 2010 at 2:16am

2 Jul 2010

SENJA DALAM POTONGAN GAMBAR

Bunyi telepon. Aduh, dimana handphone sialan itu? Selalu saja terselip. Aku melemparkan beberapa baju yang menumpuk, dan benar, handphone tua itu ada di bawahnya.

“Halo!”

“Hey baby.”

“Hey dear, how’s Bali?”

“Been pretty as usual, can’t be beautiful without you.”

“Ah, jangan buat aku mengutuk pekerjaan lagi.”

“Yaa yaa, masih sibuk dengan video klip?”

“Masih, ini sedang bersiap-siap mau take gambar selanjutnya.”

“Oh, yasudah.”

Hening. Pikiranku tidak fokus. Masih harus mencari tas make up. Sepatu, sepatu, aduuhhh! Aku lupa lagi meletakkannya di mana. Ah! Itu dia. Lantai kamar ini bahkan hampir tidak menyisakan ruang untuk telapak kaki melangkah. Aku menggeser gitar yang tergeletak sembarangan di lantai dengan kakiku.

“Aduh!”

“Hey, kenapa??”

“Aku jatuh, terpeleset gitar. Aduduhhh!”

“Ah kamu. Hati-hati! Ceroboh sekali, kamu kebiasaan. Kan sudah aku bilang…”

“Sudah, sudah, sudah. Tolong jangan ada ceramah. Tidak, paling tidak jangan sekarang,”

Suara hela nafas dari ujung saluran sana. Moodku mendadak turun. Arrghh! Menyebalkan sekali. Hectic! Aku bahkan belum sempat menarik nafas panjang sehari ini. Malah ditambah adegan perang dingin entah karena apa. Situasi memang sudah aneh sejak beberapa hari sebelumnya. Mungkin karena pekerjaan yang menghalangi ikut rencana liburan yang sudah dia atur jauh-jauh hari. Ah, entahlah!

“Yasudah. Lanjutkan saja kegiatanmu.”

“Emm… Yasudah.”

Hening lagi. Diam lagi.

“Hey!”

“Ya?”

“Aku rindu kamu. Cepat pulang, jangan lupa oleh-oleh dari Bali.”

“Ya, aku juga.”

“Marah?”

“Tidak, seperti anak kecil. Ya, sudah ya.”

“Ya, dah…”

Telepon dimatikan. Ah, pasti marah lagi. Ngambek lagi. Sudahlah, aku tidak punya cukup waktu meladeni orang kekanak-kanakan. Dia pikir dia saja yang rindu? Harusnya dia di sini, membantu aku. Bukannya keras kepala memilih ikut liburan bersama teman-temannya. Ah, aku tidak peduli kalaupun dia marah. Sudahlah.

Bunyi telepon genggam lagi. Aku baru saja masuk ke dalam mobil, bergerak menuju lokasi pengambilan gambar yang telah disepakati. Sebuah pesan multimedia yang menyertakan foto kuterima. Aku tersenyum membaca pesannya,

——

Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?

(Sepotong Senja Untuk Pacarku - Seno Gumira Ajidarma)

——

Aku tidak ngambek, apalagi marah. Jangan negative thinking melulu kamu! :)

Medan, 1 July 2010 (untuk Kopral)
*Foto oleh Dian Tutoo

created by Dee Dee Sabrina

16 Jan 2010

Berlari...terdiam..menyayangi...


aku berlari dan terus berlarii...
itu lah aku,saat ku mulai merasa cape aku malah akan berlari...

entah apa yang aku kejar...tp tetap aku akan berlari...

sampai perhentian terakhirku..sampai tubuhku lunglai...sampai nafasku berhenti..dan sampai akhirnya akupun terjatuh....


berlari dan terus berlari...
orang bertanya..ada apa dengan aku??
aku hanya akan terdiam dan terus terdiam..
ntah apa yg aku simpan...didalam hati kecilku berkata..
aku sayang dia..dan akan terus menyayanginya...
karena itu aku akan terus berlari,terus terdiam,dan terus menyayanginya....
sampai kapanpun itu...
ntahlah..aku tak tahu ntah sampai kapan...


keegoisan terus berbicara..emosi trus meledak-ledak..
b'cos i can't handle my self...

tetapi...


tetap...





aku akan tetap terus berlari,terdiam,dan menyayangimu....




karena aku takut........