2 Jul 2010

SENJA DALAM POTONGAN GAMBAR

Bunyi telepon. Aduh, dimana handphone sialan itu? Selalu saja terselip. Aku melemparkan beberapa baju yang menumpuk, dan benar, handphone tua itu ada di bawahnya.

“Halo!”

“Hey baby.”

“Hey dear, how’s Bali?”

“Been pretty as usual, can’t be beautiful without you.”

“Ah, jangan buat aku mengutuk pekerjaan lagi.”

“Yaa yaa, masih sibuk dengan video klip?”

“Masih, ini sedang bersiap-siap mau take gambar selanjutnya.”

“Oh, yasudah.”

Hening. Pikiranku tidak fokus. Masih harus mencari tas make up. Sepatu, sepatu, aduuhhh! Aku lupa lagi meletakkannya di mana. Ah! Itu dia. Lantai kamar ini bahkan hampir tidak menyisakan ruang untuk telapak kaki melangkah. Aku menggeser gitar yang tergeletak sembarangan di lantai dengan kakiku.

“Aduh!”

“Hey, kenapa??”

“Aku jatuh, terpeleset gitar. Aduduhhh!”

“Ah kamu. Hati-hati! Ceroboh sekali, kamu kebiasaan. Kan sudah aku bilang…”

“Sudah, sudah, sudah. Tolong jangan ada ceramah. Tidak, paling tidak jangan sekarang,”

Suara hela nafas dari ujung saluran sana. Moodku mendadak turun. Arrghh! Menyebalkan sekali. Hectic! Aku bahkan belum sempat menarik nafas panjang sehari ini. Malah ditambah adegan perang dingin entah karena apa. Situasi memang sudah aneh sejak beberapa hari sebelumnya. Mungkin karena pekerjaan yang menghalangi ikut rencana liburan yang sudah dia atur jauh-jauh hari. Ah, entahlah!

“Yasudah. Lanjutkan saja kegiatanmu.”

“Emm… Yasudah.”

Hening lagi. Diam lagi.

“Hey!”

“Ya?”

“Aku rindu kamu. Cepat pulang, jangan lupa oleh-oleh dari Bali.”

“Ya, aku juga.”

“Marah?”

“Tidak, seperti anak kecil. Ya, sudah ya.”

“Ya, dah…”

Telepon dimatikan. Ah, pasti marah lagi. Ngambek lagi. Sudahlah, aku tidak punya cukup waktu meladeni orang kekanak-kanakan. Dia pikir dia saja yang rindu? Harusnya dia di sini, membantu aku. Bukannya keras kepala memilih ikut liburan bersama teman-temannya. Ah, aku tidak peduli kalaupun dia marah. Sudahlah.

Bunyi telepon genggam lagi. Aku baru saja masuk ke dalam mobil, bergerak menuju lokasi pengambilan gambar yang telah disepakati. Sebuah pesan multimedia yang menyertakan foto kuterima. Aku tersenyum membaca pesannya,

——

Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?

(Sepotong Senja Untuk Pacarku - Seno Gumira Ajidarma)

——

Aku tidak ngambek, apalagi marah. Jangan negative thinking melulu kamu! :)

Medan, 1 July 2010 (untuk Kopral)
*Foto oleh Dian Tutoo

created by Dee Dee Sabrina